JAKARTA, JejakIndonesia.id – Langkah berani diambil oleh Pimpinan Redaksi Detik Satu, Agus Flores, yang akhirnya membuka kantor redaksi di Sulawesi Tengah (Sulteng). Langkah ini bukan tanpa alasan, mengingat kuatnya dugaan bahwa para oknum telah lama “membackup” tambang emas dan nikel ilegal di wilayah tersebut. Namun, selama ini, mereka seolah tak tersentuh hukum, menikmati hasil kejahatan lingkungan dengan tenang.
Namun, ketenangan itu kini berada di ujung tanduk. Dengan hadirnya Detik Satu di Sulteng, para mafia tambang dan oknum pelindungnya dipastikan tidak akan bisa tidur nyenyak lagi. Agus Flores menegaskan bahwa tim wartawannya telah dibekali mental baja untuk memonitor setiap gerakan tambang ilegal di wilayah tersebut.
Melalui sambungan virtual pada Sabtu (8/2), Agus Flores, yang juga dikenal sebagai Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Fast Respon (PW FRN) Counter Polri, mengungkapkan fakta mencengangkan. Ia menyoroti tingginya angka kejahatan lingkungan dan perusakan hutan di Sulteng, yang selama ini dibiarkan begitu saja tanpa tindakan tegas.
“Biar lebih dekat pengawasannya, saya buat kantor redaksi Detik Satu di Sulteng. Biar aparat penegak hukum (APH) nggak bisa tidur!” tegas pria yang dikenal sebagai cucu Sniper Polri ini.
Ketika ditanya mengenai wilayah mana yang paling parah dikuasai mafia tambang, Agus Flores tanpa ragu mengungkapkan bahwa hampir seluruh wilayah di Sulteng masih memiliki aktivitas tambang emas dan nikel ilegal.
“Kalian sudah tahu sendiri. Kalau tambang-tambang itu tetap berjalan, artinya ada yang membiarkan. Oknum APH pura-pura buta, padahal melihat semuanya,” sindirnya tajam.
Langkah Detik Satu ini diyakini akan mengubah peta perburuan tambang ilegal di Sulteng. Pertanyaannya, apakah para pelaku kejahatan lingkungan dan oknum yang membackup mereka benar-benar akan terusik? Ataukah, seperti biasa, mereka akan tetap bertahan dengan segala cara?
Kita lihat saja, siapa yang akan menang dalam pertempuran ini: kebenaran atau kepentingan gelap?