Banyuwangi, JejakIndonesia.id — AR (14), santri asal Buleleng, Bali, yang menjadi korban penganiayaan brutal di Pondok Pesantren NAA Wongsorejo, akhirnya mengembuskan napas terakhirnya di RSUD Blambangan pada Kamis (2/1) pukul 13.30 WIB. AR meninggal setelah menjalani perawatan intensif akibat luka serius yang dideritanya, termasuk pendarahan dan retak di bagian tempurung kepala.
Menurut salah satu kerabat korban, AR baru menimba ilmu di pondok pesantren tersebut sekitar enam bulan lalu. Tragedi ini bermula dari tuduhan bahwa AR mencuri barang di lingkungan pesantren. Tuduhan itu kemudian berbuntut aksi main hakim sendiri oleh enam seniornya, yang berujung pada pengeroyokan brutal terhadap AR.
“Dia dituduh mencuri, lalu dipukuli hingga kondisinya kritis. Kepala AR bahkan mengalami pendarahan serius dan tempurungnya pecah,” ungkap kerabat korban dengan nada penuh haru saat ditemui di RSUD Blambangan.
Kapolresta Banyuwangi, Kombespol Rama Samtama Putra, menyatakan pihaknya terus mendalami kasus ini untuk mengungkap motif sebenarnya di balik penganiayaan tersebut. Enam pelaku yang diduga terlibat kini telah diamankan di Mapolresta Banyuwangi.
“Kami masih menyelidiki motif di balik kejadian ini. Para pelaku sedang diperiksa secara intensif untuk mendapatkan keterangan lebih jelas,” tegas Kombespol Rama.
Ia juga memastikan bahwa proses hukum akan berjalan transparan dan tegas. “Kami tidak akan mentolerir kekerasan dalam bentuk apa pun, terlebih lagi di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat menanamkan nilai-nilai kebaikan,” tambahnya.
Kasus meninggalnya AR memicu kemarahan dan duka mendalam dari berbagai pihak, termasuk keluarga korban. Mereka menuntut keadilan dan meminta pihak pesantren bertanggung jawab atas insiden ini.
“Ini bukan hanya soal AR, tapi soal keselamatan anak-anak lain yang ada di pondok. Jangan sampai kasus seperti ini terjadi lagi,” ujar salah satu kerabat korban.
Tragedi ini juga menjadi perhatian masyarakat Banyuwangi, yang mendesak agar sistem pendidikan di pondok pesantren diawasi lebih ketat untuk mencegah kekerasan serupa di masa depan.
Hingga berita ini diturunkan, jenazah AR telah dibawa ke rumah duka di Buleleng, Bali, untuk dimakamkan. Polresta Banyuwangi berjanji akan segera mengungkap fakta-fakta yang terlibat dalam kasus ini dan memberikan hukuman setimpal bagi para pelaku.
Kematian tragis AR menjadi peringatan penting bagi semua pihak untuk memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan peserta didik, terutama di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman. (Tim)