Banyuwangi, JejakIndonesia.id – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Banyuwangi terus menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama bagi Warga Binaan. Salah satu upaya strategis yang dilakukan adalah memperkuat program pembinaan berbasis pondok pesantren (ponpes) melalui sinergi dengan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Banyuwangi.
Langkah ini diawali dengan kunjungan Kepala Lapas Banyuwangi, Agus Wahono, ke Kantor Kemenag Banyuwangi pada Jumat (29/11). Dalam kunjungan tersebut, Agus disambut hangat oleh Kepala Kemenag Banyuwangi, Chaironi Hidayat. Pertemuan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat pembinaan keagamaan di Lapas Banyuwangi, khususnya melalui akreditasi dan pengembangan Pondok Pesantren At Taubah yang berada di lingkungan Lapas.
“Melalui koordinasi yang intens dengan Kemenag Banyuwangi, kami ingin memperkuat kualitas pendidikan agama. Program ini diharapkan tidak hanya memberikan bekal keagamaan, tetapi juga mendukung proses rehabilitasi sosial dan pembentukan karakter Warga Binaan,” jelas Agus Wahono.
Agus menambahkan, salah satu fokus utama sinergi ini adalah meningkatkan kurikulum pendidikan agama agar dapat sejajar dengan kurikulum pondok pesantren pada umumnya. Hal ini bertujuan untuk mencetak santri-santri yang berkualitas dari kalangan Warga Binaan.
“Kami akan menyiapkan beberapa kurikulum khusus yang sesuai dengan kebutuhan Warga Binaan, tentunya dengan bantuan Kantor Kemenag Banyuwangi,” ujar Agus.
Selain itu, Lapas Banyuwangi juga berharap adanya peningkatan jumlah tenaga pengajar yang kompeten dari Kemenag untuk mendukung program-program pembinaan. Agus menilai bahwa meskipun telah ada tenaga pengajar yang rutin hadir, peningkatan kualitas dan jumlah pengajar sangat diperlukan untuk memenuhi standar akreditasi Kemenag.
Program pondok pesantren di Lapas Banyuwangi tidak hanya berfokus pada pendidikan agama, tetapi juga mencakup pelatihan keterampilan. Pelatihan ini dirancang untuk membantu narapidana mempersiapkan diri beradaptasi dengan masyarakat setelah selesai menjalani masa hukuman.
Sinergi yang lebih kuat antara Lapas Banyuwangi dan Kemenag diharapkan mampu memperluas cakupan pembinaan, meningkatkan kualitas pengajaran agama, serta menambah fasilitas pendukung.
“Kami juga merencanakan berbagai kegiatan keagamaan yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan bagi Warga Binaan. Dengan begitu, pembinaan ini dapat menjadi model yang efektif dalam mengurangi tingkat residivisme,” ungkap Agus.
Melalui program ini, diharapkan Pondok Pesantren At Taubah di Lapas Banyuwangi dapat menjadi model pembinaan berbasis agama yang unggul. Dengan pendekatan yang holistik, program ini tidak hanya membentuk pribadi Warga Binaan yang lebih baik, tetapi juga mendorong mereka untuk kembali ke masyarakat dengan nilai-nilai positif yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Semoga program ini menjadi salah satu tonggak penting dalam menciptakan Warga Binaan yang lebih siap menghadapi masa depan dan menjadi individu yang lebih baik,” pungkas Agus. (AO)