Kemacetan Parah Lumpuhkan Akses Pelabuhan Ketapang.!! Distribusi BBM Terganggu, Polisi Ambil Langkah Tegas
Banyuwangi — Jejakindonesia.id | Kemacetan parah melanda kawasan Pelabuhan Penyeberangan ASDP Ketapang, Banyuwangi, Rabu (16/7/2025), akibat terbatasnya jumlah kapal yang beroperasi pasca tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali.
Hanya dua unit kapal yang dioperasikan, menyebabkan antrean kendaraan mengular hingga berjam-jam, bahkan merembet ke jalan nasional.
Ratusan kendaraan logistik, truk tangki Pertamina, serta mobil pribadi terjebak dalam antrean panjang. Kondisi ini dikhawatirkan berdampak sistemik, terutama terhadap distribusi energi dan logistik di wilayah Jawa Timur dan Bali.
Salah satu sopir truk tangki Pertamina Integrated Terminal (IT) Tanjungwangi, Yusdi Andriawan, mengaku kesulitan keluar dari kemacetan yang terjadi di akses menuju pelabuhan.
“Kemacetan ini bukan hanya menghambat kami secara pribadi, tapi juga berdampak langsung pada distribusi BBM ke SPBU dan sektor industri. Kalau terus begini, banyak daerah bisa kekurangan pasokan,” ujar Yusdi, kepada Bratapos.com saat diwawancarai di lokasi kemacetan.
Menurutnya, ada lima dampak krusial akibat kemacetan ini, diantaranya:
1. Keterlambatan Pengiriman: BBM tidak sampai tepat waktu ke SPBU dan sektor vital lainnya.
2. Kerugian Operasional: Biaya bahan bakar dan lembur meningkat drastis.
3. Stres dan Kelelahan Sopir: Risiko kecelakaan meningkat karena kelelahan fisik.
4. Gangguan Rantai Distribusi: Potensi kelangkaan di berbagai daerah meningkat.
5. Risiko Keamanan: Kendaraan logistik menjadi sasaran empuk kejahatan di jalur macet.
Yusdi berharap, Pertamina segera mengaktifkan contingency plan (rencana darurat) untuk mengantisipasi keterlambatan pengiriman, serta mendorong koordinasi aktif antara stakeholder pelabuhan, kepolisian, dan operator kapal.
Kasat Lantas Polresta Banyuwangi, Kompol Elang Prasetyo, S.I.Kom., M.H., saat dikonfirmasi Bratapos.com membenarkan adanya kemacetan di sekitar kawasan Pelabuhan Ketapang.
“Memang ada kemacetan akibat pembatasan jumlah armada kapal dari pihak pelabuhan ASDP. Kami sudah turun ke lapangan untuk mengurai arus lalu lintas,” jelas Kompol Elang melalui pesan singkat.
Pihak kepolisian, lanjutnya, telah melakukan sejumlah langkah taktis, termasuk memindahkan sebagian kendaraan ke buffer zone untuk mengurangi tekanan di pintu masuk pelabuhan.
“Saat ini arus sudah mulai mengalir. Bila proses bongkar muat di dalam pelabuhan berjalan lancar, maka kemacetan di luar akan terurai. Kami tetap standby untuk mengatur lalu lintas,” tegasnya.
Sejak insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya pada 3 Juli 2025 yang menelan korban jiwa, beberapa kapal penyeberangan ditarik untuk evaluasi keselamatan, sehingga mengurangi jumlah armada aktif di lintas Ketapang–Gilimanuk.
Minimnya armada yang beroperasi berbanding terbalik dengan tingginya volume kendaraan, terutama pada musim liburan dan distribusi logistik puncak. Hal ini memicu perlunya langkah strategis dari pihak ASDP, KSOP, dan instansi terkait untuk melakukan:
▪︎ Evaluasi total sistem operasional pelayaran,
▪︎ Penambahan kapal pengganti secara darurat,
▪︎ Pemetaan zona antre dan manajemen arus kendaraan logistik.
Jika tidak ada solusi jangka pendek dan menengah yang segera diambil, pelabuhan Ketapang berpotensi mengalami stagnasi logistik yang lebih luas, bahkan mengancam stabilitas distribusi bahan pokok dan energi di dua provinsi. (rag)
