BANYUWANGI | jejakindonesia.id – Terpampang di beberapa tempat di wilayah Kecamatan Singojuruh baliho ukuran sedang, yang isinya woro-woro akan adanya kegiatan bertajuk “Bumi Angklung” di RTH Singojuruh pada tanggal 14 Juni 2025. Tentu tajuk kegiatan dengan sebutan nama “Bumi Angklung” bukan tanpa alasan atau tanpa historis yang mengikuti sebelumnya.
Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi kegiatan “Bumi Angklung” oleh Pemerintah Desa Singojuruh itu. Awak media gali keterangan dari Kepala Desa Singojuruh Suharto Kamis 12/6/2025. Dalam keterangannya Kades Suharto menjelaskan, bahwa kegiatan tersebut digagas dalam rangka nguri-uri seni budaya tinggalan leluhur yang ada di Desa Singojuruh.
Lanjut jelasnya, kebetulan Desa Singojuruh masuk jadi salah satu Desa Tematik dari 13 Desa yang lainnya di Kabupaten Banyuwangi. Desa tematik di Kabupaten Banyuwangi adalah desa yang memiliki fokus, karakter atau tema tertentu sebagai identitas di desanya. Diantaranya disebutkan mulai dari karakter seni budaya, potensi alamnya, pertanian, kerajinan, hingga sektor lain yang dimiliki oleh desa itu. Untuk Desa Singojuruh kata Kades Suharto, lebih fokus menonjolkan karakter seni budayanya.
Lalu kenapa dipilih kegiatan dengan sebutan “Bumi Angklung” untuk membranding Desa Singojuruh ?, ini penjelasan Suahrto (Kades Singojuruh).
“Desa Singojuruh ada 9 dusun yang masing-masing punya ciri khas seni budaya, hanya yang dominan dan lebih dikenal sejak jaman dulu banyak warga bisa memainkan alat musik tradisional bernama Angklung itu. Bahkan di Desa Singojuruh khususnya di Dusun Kunir dan Dusun Pasinan bisa dibilang sejak dulu ada tanaman bambu khusus yang bisa dibuat jadi Angklung. Karena tidak semua bambu bisa dijadikan alat musik Angklung. Sehingga tak jarang warga dari desa lain datang ke Singojuruh mencari bambu khusus untuk buat alat musik Angklung”, jelasnya.
Ketika ditanya apa yang diharapkan atau progres ke depan dari kegiatan “Bumi Angklung” tersebut, Kades Suharto menjelaskan.
“Yang pertama tentu adalah mempertahankan keberadaan seni budaya yang ada di Singojuruh. Yang kedua, adalah destinasi wisatanya, yang mana nanti kita berdayakan seni budaya dari 9 dusun, kita akan kerjasama dengan Hotel-Hotel yang ada tamu-tamu luar kota atau tamu asing. Untuk hadir ke Desa Singojuruh menikmati suguhan seni budaya tampilan dari warga 9 dusun. Nanti akan kita jadwal apakah satu bulan sekali akan kita adakan kegiatan tampilan seni budaya yang bisa undang perhatian tamu-tamu asing. Harapannya juga secara otomatis adalag dampak ekonominya pada pemberdayaan UMKM dan warga sekitar”, jelas Kades Suharto.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Kades Suharto, Adlin Mustika seniman kawakan asal Dusun Pasinan Desa Singojuruh. Ketika ditanya latarbelakang dari adanya kegiatan “Bumi Angklung” mengatakan.
“Potensi di Desa Singojuruh sangat perlu diapresiasi, ksrena dari sejarah Dusun Pasinan Barat yang sejak tahun 1940 an sudah ada kesenian Angklung Caruk. Dan beberapa Sumber Daya Manusianya di bidang seni Angklung sangat mumpuni. Sehingga poret itulah yang menjadikan sebuah tolak ukur diadakan agenda dengan sebutan Bumi Angklung itu”, tutur Adlin sang arsitek sanggar seni Jiwa Etnik Banyuwangi (JEB) itu.
Sekedar informasi, kegiatan “Bumi Angklung” akan digelar di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Singojuruh pada hari Sabtu tanggal 14 Juni 2029 pada jam : 13.00 Wib sampai selesai. Adapun yang menjadi tema kegiatan “Bumi Angklung” tersebut adalah “Ruwat Rawat Singomanjuruh”. Pengamatan tim jejak indonesia , setiap ada kegiatan berbau seni di RTH Singojuruh jadi ajang kais rejeki bagi UMKM lokal dan warga setempat. (Invest81).
