Cek Nama wartawan disini atau hubungi redaksi klikdisini.
Accept
Jejak IndonesiaJejak IndonesiaJejak Indonesia
  • Home
  • Ekonomi
  • Hukum & Kriminal
  • Peristiwa
  • Politik
  • Polri
  • Sosial
  • TNI
Search
Technology
  • Box Redaksi
Health
Entertainment
  • Home
  • Ekonomi
  • Hukum & Kriminal
  • Peristiwa
  • Politik
  • Polri
  • Sosial
  • TNI
  • Box Redaksi
© 2022 jejak Indonesia
Reading: Di Bawah Rintik Hujan, Tradisi Barong Ider Bumi Banyuwangi Berlangsung Khidmat
Share
Sign In
Notification Show More
Font ResizerAa
Jejak IndonesiaJejak Indonesia
Font ResizerAa
  • Home
  • Kirim Artikel Baru
  • Box Redaksi
  • Adv
  • Ekonomi
  • Hukum & Kriminal
  • Jejak Indonesia TV
  • Peristiwa
  • Politik
  • Polri
  • Sosial
  • Kontrol Sosial
Search
  • Home Default
  • Hukum & Kriminal
  • Kontrol Sosial
  • Peristiwa
  • Politik
  • Polri
  • Sosial
  • Jejak Indonesia TV
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Box Redaksi
© 2022 jejak Indonesia.
Jejak Indonesia > Blog > Berita > Di Bawah Rintik Hujan, Tradisi Barong Ider Bumi Banyuwangi Berlangsung Khidmat
BeritaTradisi

Di Bawah Rintik Hujan, Tradisi Barong Ider Bumi Banyuwangi Berlangsung Khidmat

Andy
Last updated: April 4, 2025 8:37 am
Andy 195 Views
Share
3 Min Read

Banyuwangi | Jejakindonesia.id – Tradisi adat Barong Ider Bumi digelar dengan khidmat di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi,, pada Selasa (1/4/2025). Meski diguyur hujan, ratusan warga lokal dan wisatawan dari berbagai daerah tetap antusias mengikuti dan menyaksikan prosesi arak-arakan barong berusia ratusan tahun tersebut.

Ritual Barong Ider Bumi digelar setiap tanggal 2 Syawal, bertepatan dengan hari kedua Idul Fitri. Tradisi ini dipercaya sebagai bentuk ikhtiar masyarakat untuk menolak bencana dan pageblug (wabah penyakit) yang pernah melanda desa pada masa lampau.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Tokoh masyarakat adat Desa Kemiren, Suhaimi, menjelaskan bahwa ritual Barong Ider Bumi pertama kali dilakukan sekitar tahun 1840-an. Kala itu, Desa Kemiren dilanda wabah yang menyebabkan banyak korban jiwa serta gagal panen akibat serangan hama. Keadaan semakin sulit dengan masa paceklik yang berkepanjangan.

“Sesepuh desa saat itu meminta saran kepada Mbah Buyut Cili, leluhur Desa Kemiren. Dalam mimpi, beliau mendapat petunjuk agar warga mengadakan arak-arakan Barong keliling kampung sebagai upaya penolak bala,” ungkap Suhaimi.

Barong dalam tradisi ini digambarkan sebagai sosok makhluk bermahkota dengan sayap yang dipercaya mampu melindungi desa dari marabahaya.

“Ritual diawali dengan doa yang dipanjatkan oleh para tokoh pelestari Barong di petilasan Buyut Cili,” tambah Suhaimi.

Kepala Desa Kemiren, Arifin, mengungkapkan rasa syukur atas terlaksananya ritual tahun ini meskipun dalam kondisi hujan.

“Kita tetap bersyukur karena hujan adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa,” ujarnya.

Arifin menambahkan ritual Barong Ider Bumi merupakan bagian dari upaya pelestarian adat dan budaya.

“Ini merupakan kewajiban kami untuk melestarikan budaya leluhur. Ke depan, kami berharap tradisi ini tetap dilestarikan oleh generasi muda, sehingga budaya dan adat istiadat Osing tetap lestari,” tutur Arifin.

Saat gamelan mulai dimainkan, Barong siap diarak keliling desa dengan iringan masyarakat yang mengenakan pakaian adat. Arak-arakan dimulai dari sisi timur Desa Kemiren menuju bagian barat, menempuh jarak sekitar 2 km.

Sepanjang perjalanan, tokoh adat melakukan tradisi sembur uthik-uthik, yaitu menebarkan sekitar 999 koin logam yang dicampur dengan beras kuning dan berbagai macam bunga sebagai simbol penolak bala.

Puncak acara ditandai dengan kenduri massal, di mana warga duduk bersama di sepanjang jalan desa, menikmati hidangan khas Banyuwangi, pecel pithik yang disajikan secara beramai-ramai.

Hidangan ini dibuat dari ayam kampung muda yang dipanggang utuh di perapian, kemudian disuwir dan dicampur dengan bumbu khas yang terdiri dari cabai rawit, terasi, daun jeruk, gula, serta parutan kelapa muda.

Dian Eka Putri Nasution (25), wisatawan asal Surabaya, menyebut atmosfer kekeluargaan dalam ritual ini sangat terasa.

“Yang paling saya suka adalah kendurinya. Semua duduk bersama, makan bersama di jalanan desa. Rasanya hangat dan sangat membumi. Ini pengalaman yang tidak bisa saya temukan di kota,” ujar Dian.

 

[email protected]

You Might Also Like

Apel Patroli Skala Besar, Kapolresta Tangerang Pastikan Kepolisian Siap Jaga Kamtibmas

Keberangkatan Warga Baru PSHT Ranting Cikupa ke Padepokan Matagara Berlangsung Aman dan Tertib

Kompolnas Apresiasi Langkah Polda NTB dalam Penanganan Kasus Brigadir Nurhadi

Danramil Kota Hadiri Acara Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2025 di Taman Blambangan

Mulai 13 Juli, Pemkab Banyuwangi Kembali Gelar Car Free Day di Jalan A. Yani

Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print
Previous Article Sinergitas Polres Blitar, TNI, dan BPBD Berhasil Evakuasi Korban Tenggelam di Dam Sungai Berut Jatinom
Next Article Rutinitas Polsek Balaraja Melaksanakan Apel Pagi Antisipasi Guantibmas di Wilayah Hukum Polsek Balaraja
- Advertisement -
Ad imageAd image

Stay Connected

235.3kFollowersLike
69.1kFollowersFollow
11.6kFollowersPin
56.4kFollowersFollow
136kSubscribersSubscribe
4.4kFollowersFollow

Latest News

Apel Patroli Skala Besar, Kapolresta Tangerang Pastikan Kepolisian Siap Jaga Kamtibmas
Berita Polri Juli 12, 2025
Keberangkatan Warga Baru PSHT Ranting Cikupa ke Padepokan Matagara Berlangsung Aman dan Tertib
Berita Polri Juli 12, 2025
Kompolnas Apresiasi Langkah Polda NTB dalam Penanganan Kasus Brigadir Nurhadi
Polri Juli 12, 2025
Danramil Kota Hadiri Acara Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2025 di Taman Blambangan
TNI Juli 12, 2025
//

Jejak Indonesia salah satu media terpercaya yang menyajikan beberapa berita dari berbagai pelosok di Indonesia

Jejak IndonesiaJejak Indonesia
Follow US
© 2022 Jejak Indonesia. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?