BANYUWANGI | Jejakindonesia.id – Ribuan umat Hindu Banyuwangi menggelar pawai budaya dalam rangka menyambut perayaan Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1947, Sabtu (22/3/2035).
Pawai yang dipusatkan di sekitar RTH Karetan, Kecamatan Purwoharjo ini menampilkan puluhan Ogoh-ogoh beraneka rupa dan ukuran.
Patung-patung berukuran besar yang merupakan representasi Bhuta Kala atau sifat-sifat negatif dalam diri manusia dan alam semesta tersebut diarak oleh pemuda hindu (yowana) dari berbagai Sekaa Teruna Teruni (STT) yang tersebar di Banyuwangi.
Kreasi Ogoh-ogoh yang ditampilkan juga dibuat oleh mereka, mulai dari bentuk raksasa menyeramkan hingga figur-figur mitologis lainnya. Iringan Gamelan bali yang bertalu-talu menambah semarak suasana pawai.
Pawai budaya hindu itu tetap menarik perhatian warga Banyuwangi dari berbagai latar belakang suku dan agama yang memadati sepanjang rute pawai.
“Pawai Ogoh-ogoh bukan sekadar atraksi budaya, tetapi juga cerminan kekayaan tradisi dan semangat toleransi yang hidup subur di Banyuwangi. Ini adalah aset berharga yang harus kita jaga bersama,” kata Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono yang turut menyaksikan.
Wabup Mujiono menambahkan Pemkab Banyuwangi terus mendukung kegiatan keagamaan dan kebudayaan seluruh masyarakat sebagai bagian dari upaya merawat kebinekaan dan memperkuat persatuan.
“Meskipun bersamaan dengan bulan puasa, pawai ini tetap berjalan. Ini menunjukkan bahwa toleransib antar umat di Banyuwangi berjalan dengan baik, saling menghormati sesama,” tambahnya.
Sementara Ketua PHDI Banyuwangi, Sardiyanto mengatakan pawai budaya hindu diikuti oleh 3 ribu umat hindu yang tersebar di Kecamatan Purwoharjo dan Bangorejo, serta umat hindu dari Kampung Bali, Patoman.
Pawai ogoh-ogoh juga merupakan bagian dari upacara Tawur Kesanga.
“Ogoh-ogoh ini simbol Bhuta Kala atau energi negatif yang perlu dinetralisir sebelum kita memasuki kesucian Hari Raya Nyepi dengan Catur Brata Penyepian. Setelah diarak, Ogoh-ogoh ini akan dilebur atau dibakar sebagai simbol pembersihan diri dan alam semesta,” terangnya.
Setelah pawai usai, umat Hindu akan melanjutkan persiapan menyambut Hari Suci Nyepi pada Senin, 29 Maret 2025, dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian, yakni Amati Geni (tidak menyalakan api/cahaya), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang).