Banyuwangi, JejakIndonesia.id – Meski mendapat penolakan dari warga setempat, proyek pembangunan tambak di Dusun Selogiri, Kalipuro, Banyuwangi, tetap berjalan. Aktivitas alat berat terus berlangsung, mengabaikan keluhan nelayan yang khawatir akan dampaknya terhadap ekosistem laut dan mata pencaharian mereka.
Hasil pantauan langsung di lokasi menunjukkan tiga alat berat masih aktif beroperasi. Satu eskavator terlihat mengeruk tanah untuk kolam tambak, sementara beberapa pekerja sibuk membangun pagar di sekitar area proyek. Seorang pekerja mengonfirmasi bahwa sebagian besar tenaga kerja berasal dari luar daerah.
“Ini dari Surabaya semua yang kerja, ada yang dari Banyuwangi juga, tapi,” ungkap seorang pekerja yang enggan disebut namanya.
Sejumlah warga juga membenarkan bahwa aktivitas proyek terus berlangsung, meski telah ada kesepakatan penolakan dari masyarakat. Salah satu nelayan mengungkapkan keresahannya terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan.
“Kami melihat alat berat terus keluar masuk. Ini jelas mengancam ekosistem laut dan menghambat kami para nelayan. Kami bergantung pada laut untuk hidup,” ujarnya dengan nada penuh kekhawatiran.
Ia juga berharap pemerintah dan wakil rakyat memberikan perhatian atas keresahan warga. Menurutnya, ada informasi bahwa proyek sempat dihentikan, namun faktanya pekerjaan masih terus berjalan.
“Semoga suara kami tidak diabaikan. Kami butuh kejelasan dan solusi yang berpihak pada rakyat,” tambahnya.
Sebelumnya, nelayan setempat sudah menyuarakan penolakan mereka terhadap tambak yang luasnya mencapai lebih dari satu hektare. Selain berdampak pada lingkungan, pembangunan tembok beton tambak juga mengancam akses warga menuju laut.
Bahkan, lahan yang digunakan merupakan Lahan Sawah Dilindungi (LSD) yang seharusnya tidak dialihfungsikan. Sayangnya, upaya warga untuk meminta penjelasan melalui mediasi dan surat resmi tak pernah mendapat tanggapan dari pihak pengembang.
“Awalnya sawah, tiba-tiba ditembok dan dijadikan kolam. Kami sudah meminta mediasi, tapi tak pernah ada kejelasan,” kata Admawiyanto, salah satu warga yang menolak proyek tersebut.
Warga berharap proyek ini dihentikan demi keberlangsungan hidup nelayan dan kelestarian lingkungan. Namun, hingga kini, suara mereka masih terabaikan. (*)