Banyuwangi, JejakIndonesia.id — Sebuah pesantren yang penuh dengan jejak para ulama besar, kembali berduka. Sosok KH. Afif Jauhari Syafaat, seorang ulama kharismatik yang dikenal dengan kesederhanaan dan ketawadhuannya, berpulang ke rahmatullah. Namun, kepergian beliau bukan sekadar kabar duka biasa. Ada kisah yang begitu istimewa, yang menunjukkan betapa dekatnya beliau dengan Allah dan betapa luasnya kepekaan batinnya terhadap takdir yang telah digariskan.
Menurut kesaksian KH. Toha, seorang alumni senior yang turut memimpin prosesi pemakaman. “Yai Afif sudah merasakan tanda-tanda perpisahannya dengan dunia jauh sebelum waktunya tiba. Ketika masih dalam kondisi sakit namun sadar, beliau dengan penuh ketenangan meminta kepada santri yang merawatnya agar menyampaikan pesan kepada Kyai Hisyam kakak kandungnya, untuk mengumumkan bahwa dirinya telah wafat. Sebuah permintaan yang mengejutkan, seolah beliau telah mengetahui dengan pasti kapan ajalnya akan datang,” kata Kyai Toha, pada Kamis (23/1/2025).
“Tak hanya itu, satu hari sebelum kepulangannya, di tengah perawatan intensif di rumah sakit, beliau tiba-tiba meminta untuk pulang ke Blokagung. Permintaan yang terdengar sederhana, namun bagi santri dan keluarga, hal ini cukup mengejutkan. Dokter yang merawat pun awalnya ragu, namun setelah berbagai pertimbangan, akhirnya pada pukul 22.00 malam, beliau diizinkan pulang,” ucap kyai Toha.
Ketika sampai di rumah, suasana haru menyelimuti keluarga dan para santri. Tak ada tangis berlebihan, hanya kekhidmatan dan doa yang terus dipanjatkan. Satu jam setelah tiba di rumah, kamis sekitar pukul 01.39 dinihari dalam keheningan malam, KH. Afif Jauhari Syafaat menghembuskan nafas terakhirnya. Beliau pergi dengan penuh ketenangan, seperti telah merancang sendiri perjalanan akhirnya menuju Sang Khalik.
Kepergian beliau meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang mengenalnya. Sosok yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki kepekaan spiritual yang luar biasa. Seolah-olah beliau telah diberi firasat akan akhir hidupnya, dan memilih untuk menutup lembaran terakhirnya di tempat yang ia cintai, di tengah keluarga, santri, dan pondok Blokagung yang menjadi saksi perjuangannya dalam berdakwah.
Ditambahkan Kyai Toha, kematian adalah sebuah peristiwa yang tidak untuk ditakuti melainkan dipersiapkan segala sesuatunya untuk menghadap sang Kholiq.
“Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa hidup yang penuh keikhlasan dan kepasrahan akan selalu berakhir dalam ketenangan. KH. Afif Jauhari Syafaat telah memberikan contoh bahwa kematian bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan disambut dengan penuh persiapan, sebagaimana yang telah beliau tunjukkan di detik-detik terakhir hidupnya,” tutup Kyai Toha.
Selamat jalan, Yai Afif. Jasa dan perjuanganmu akan selalu menjadi penerang bagi kami semua.