Banyuwangi, JejakIndonesia.id – Sebanyak 420 kepala sekolah tingkat SD dan SMP di Banyuwangi, baik dari sekolah negeri maupun swasta, mengikuti pelatihan kepemimpinan berbasis compassionate atau welas asih. Pelatihan yang digelar di Pendopo Sabha Swagata ini bertujuan menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, empatik, dan manusiawi. Rabu, (08/01/25).
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menegaskan pentingnya kepala sekolah sebagai teladan dalam membangun lingkungan pendidikan yang mendukung siswa menghadapi tantangan masa kini. “Di tengah tingginya paparan media sosial, tekanan akademis, dan masalah sosial, sekolah harus menjadi ruang aman bagi anak-anak. Kepemimpinan berbasis welas asih adalah kuncinya,” jelas Ipuk.
Menurut Ipuk, pendekatan welas asih ini menghindari pola pendidikan berbasis reward and punishment dan menekankan nilai kemanusiaan. “Sekolah yang welas asih membangun empati, toleransi, dan kasih sayang di antara semua warga sekolah,” tambahnya.
Tiga Dosa Besar Pendidikan
Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno, menyampaikan bahwa pelatihan ini menitikberatkan pada upaya menghindari tiga dosa besar di dunia pendidikan: perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Materi pelatihan dibawakan oleh Sayed Hyder, pakar pendidikan dari Lembaga Pendidikan Lazuardi, yang memaparkan metode praktis untuk menciptakan lingkungan pendidikan berbasis welas asih.
Sayed Hyder menekankan peran kepala sekolah sebagai panutan. “Kepala sekolah harus mendidik anak untuk berpikir kritis, bukan sekadar meniru, dan lebih sering bertanya daripada memberi perintah,” ujarnya. Dalam sesi pelatihan, para peserta diajak mempraktikkan metode untuk membangun hubungan yang penuh empati.
Pelatihan ini diharapkan mampu mendorong terciptanya sekolah yang menjadi tempat tumbuhnya nilai kemanusiaan, toleransi, dan kepedulian, sekaligus menghindarkan anak-anak dari dampak negatif lingkungan. (AO)