Kendal – Jejakindonesia.id | Dalam upaya ikut serta menjaga kelestarian sumberdaya alam pesisir, berlokasi di Desa Gempolsewu Kec.Rowosari Kab. Kendal dilakukan penyemaian 3.000 Propagule oleh DPD KNTI (Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia), melalui gugus tugas konservasi mangrove yang dibentuk untuk mengawal pelaksanaan kegiatan terebut.
Pelaksanaan penyemaian propagule Mangrove ini juga dibantu oleh DPD KPPI (Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia) dan mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang.
Mengutip laman Wikipedia (21/08), Mangrove adalah tumbuhan perdu (semak) atau pohon yang umumnya tumbuh di kawasan air asin atau air payau di pesisir laut.
Mangrove umumnya berada di daerah beriklim khatulistiwa, dan biasanya tumbuh di daerah sepanjang garis pesisir dan pinggiran sungai pasang surut yang memiliki kadar oksigen minim dan garam yang berlimpah.
Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan adaptasi khusus dalam mengambil oksigen ekstra di udara dan menghilangkan garam berlebih dari sistemnya, sehingga tumbuhan tersebut mampu bertahan hidup dalam kondisi tersebut yang mampu membunuh sebagian besar tumbuhan normal.
Istilah “mangrove” juga dapat digunakan untuk vegetasi (kumpulan tumbuhan) mangrove tersebut.
Vegetasi mangrove terdiri dari beraneka ragam spesies tumbuhan yang seringkali berkerabat jauh menurut taksonomi, tetapi memiliki kemampuan adaptasi yang mirip oleh karena evolusi konvergen.
Tumbuhan mangrove dapat dijumpai di seluruh dunia di daerah tropis dan daerah subtropis dan bahkan di beberapa daerah pesisir beriklim sedang, terutama di antara garis lintang 30° LU dan 30° LS, dengan kawasan mangrove terluas berada pada daerah di antara 5° LU dan 5° LS. Vegetasi tumbuhan mangrove diperkirakan pertama kali muncul pada antara Kala Kapur Akhir hingga Kala Paleosen, dan kemudan tersebar ke berbagai belahan dunia, salah satunya akibat pergerakan lempeng tektonik.
Fosil palem mangrove tertua yang pernah diketahui berasal dari 75 juta tahun yang lalu.
Mangrove merupakan tumbuhan yang toleran terhadap garam (yang disebut juga halofita), serta mampu beradaptasi dalam kondisi pesisir yang sangat sulit bagi tumbuhan normal.
Mangrove memiliki sistem penyaringan garam dan sistem perakaran yang kompleks untuk mencegah bagian atas tumbuhan terendam dalam air asin dan juga mencegah terpaan gelombang yang kuat.
Mangrove mampu hidup pada media lumpur tergenang yang memiliki kadar oksigen yang rendah, tetapi mangrove lebih sanggup bertumbuh dengan subur pada bagian atas zona intertidal.
Bioma mangrove, disebut juga hutan mangrove, merupakan habitat padang tiah atau belukar asin yang dicirikan oleh lingkungan endapan pesisir, tempat sedimen-sedimen halus (seringkali dengan kandungan organik tinggi) berkumpul di kawasan yang terlindung dari pengaruh gelombang berenergi tinggi.
Hutan mangrove berfungsi sebagai habitat yang sangat penting bagi beragam spesies perairan, serta menawarkan ekosistem unik yang mendukung interaksi yang rumit antara kehidupan laut dan vegetasi darat.
Keadaan salinitas yang dapat ditoleransi oleh vegetasi mangrove berkisar dari air payau, air laut murni (salinitas 3 hingga 4%), hingga perairan yang memiliki tingkat salinitas dua kali lipat salinitas air laut akibat penguapan berlebih (salinitas hingga 9%).
Ketua DPD KNTI Kabupaten Kendal, Mahmudi mengatakan proses konservasi ini dilakukan mulai proses awal dengan penyemaian propagule, kemudian perawatan, penanaman dan pengembangan.
Dengan harapan nelayan dan perempuan pesisir kedepan mampu melaksanakan konservasi secara mandiri di lahan-lahan kritis di wilayah masing-masing sekaligus mampu melakukan pengolahan aneka hasil mangrove secara ekonomis,sehingga bisa meningkatkan penghasilan keluarga.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk komitmen dan upaya nyata yang dilakukan oleh pengurus DPD KNTI Kabupaten Kendal untuk mendukung upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat pesisir, dengan melibatkan semua pihak yang terkait. Pelibatan mahasiswa KKN juga merupakan bagian dari usana menumbuh kembangkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sebagai upaya untuk mengantisipasi perubahan iklim.
Selebihnya Widodo, selaku ketua gugus konservasi mangrove menyampaikan bahwa dengan penyemaian propagule ini memberikan semangat dan kesadaran bagi nelayan, betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan pesisir. Tidak ada kata terlambat untuk memulai hal-hal yang baik. (M_Fia)